Sabtu, 08 Januari 2011

bee si lebah mungiL


Seekor lebah kecil sedang terbang di sekitar pepohonan yang rindang. Tidak jauh dari situ ratusan lebah sedang bekerja mengumpulkan sari dari tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan madu. Lebah lainnya berusaha membangun sarang yang besarnya berkali lipat untuk ukuran tubuh mereka.

Karena dia masih belum dewasa, maka waktu kerjanya hanya separuh dari lebah yang lain. Memang semenjak dini para lebah kecil telah dilatih bekerja keras, sebab sudah menjadi tradisi dikalangan lebah pekerja bahwa untuk umur mereka yang pendek, seluruhnya digunakan hanya untuk bekerja. Semua. Kecuali ratu lebah.

Dia adalah penguasa kerajaan, mengatur para pekerja, memberikan penghargaan bagi mereka yang tekun dan menghukum mereka yang bermalas-malasan. Sepanjang hidupnya, sang ratu tidak pernah bekerja, hanya tinggal disarang dan sesekali berhubungan dengan lebah jantan untuk mendapatkan keturunan.
...
Udara dingin berhembus dari balik ranting pohon yang dihinggapi oleh si lebah kecil, warna kuning strip hitam ditubuhnya tampak bersinar ketika terkena cahaya matahari.

“Betapa enaknya menjadi seorang ratu, hanya tinggal duduk bermalas-malasan dan segala kenikmatan datang dengan sendirinya” dia berkata pada lebah dewasa yang hinggap sebentar untuk memperbaiki letak bejana madu yang dia panggul.

“Huss, jangan mengulangi perkataan itu lagi atau para pengawal ratu akan datang dan menagkapmu.” Lebah dewasa meninggikan suaranya dan memasang wajah cemberut.

“Tapi lihat saja, kita capek membangun sarang dia cuma tidur-tiduran di tempatnya. Kita berputar-putar mencari madu dari satu kuntum bunga ke kuntum lainnya, dia dan para pengawalnya cuma melihat dan mengawasi. Aku ingin terbang bebas kemana saja, melakukan apapun yang aku mau diluar sana. Berkejar-kejaran, bercakap dengan hewan dan serangga lain, melintasi pegunungan, sungai dan padang rumput yang luas…” ekornya yang lancip bergoyang-goyang, keceriaan memancar terang di mata si lebah kecil.

“Anak muda, aku juga dulu sepertimu. Mempertanyakan segalanya. Sorot matamu mengingatkanku pada jiwa petualangan yang kumiliki di waktu mudaku dulu. Tapi semuanya hilang, ketika aku mempercayai bahwa itu semua tidak dapat aku lakukan. Sebab ada batasan batasan dalam kehidupan pekerja seperti kita ini. Hukum alam telah menggariskan bahwa lebah pekerja hanya bertugas untuk berkerja, tidak lebih.” Suara lebah dewasa tidak lagi sekencang yang tadi.

“ Aku memang diajarkan demikian, bahwa nenek moyang kita sudah hidup seperti ini sejak ribuan tahun lamanya, mereka ulet dan tekun bekerja. Namun aku tidak habis pikir, kita sebenarnya dapat membangun sarang yang lebih kecil, sehingga waktu berkumpul dan bermain lebih banyak. Tapi mengapa sang ratu malah memerintahkan membangun istana sebesar ini?. Lihat banyaknya madu yang kita buat, bahkan jikapun semua lebah disini menikmatinya dalam waktu bersamaan tidak akan pernah habis. Tapi mengapa ketika beruang madu datang ingin mengambil dan menikmatinya, para pengawal ratu malah mengusir dan menyengat mereka?” si lebah kecil tampak penasaran.

Raut wajah lebah dewasa berkerut, dia tidak menyangka bahwa pertanyaan yang selama ini dia sembunyikan bisa terlontar dari seorang lebah kecil polos yang berada di hadapannya. Sesaat dia berfikir bahwa lebah lain juga memiliki anggapan yang sama, namun kerasnya tradisi lebah pekerja dan ancaman hukuman membuat mereka hanya bisa tertunduk pasrah pada keadaan yang terjadi. Madu yang mereka hasilkan memang sebagian besar hanya dinikmati oleh ratu dan kalangan istana. Tapi tidak seekorpun dari mereka berani menentangnya.

“Setelah dewasa kau juga akan mengerti, seperti inilah siklus hidup kita. Mempertanyakan hal-hal tersebut hanya akan membahayakan hidupmu. Berusahalah menyesuaikan diri, aku tahu nanti kau akan terbiasa. Kemudian tugasmulah mengajarkan kepada anak2mu kelak untuk selalu bekerja keras dan mencintai ratu kita.”

Lebah dewasa berhenti sejenak, kemudian menatap dalam-dalam mata si lebah kecil.

“Kamu masih muda, memiliki semangat meluap-luap, tidak ada seekor lebahpun yang dapat membayangkan apa yang dapat kamu lakukan. Aku peringatkan untuk kebaikanmu sendiri. Jika kau keluar dari sini, maka kematian akan menghampirimu, sebab makanan kita hanya dapat diolah oleh sang ratu”.

Bejana madu dipunggungnya bergoyang diterpa angin, lebah dewasa segera terbang ke sarang untuk melanjutkan pekerjaannya.
...
Beberapa pengawal tampak berjaga mengelilingi sarang, tapi tak seekor pun yang melihat gerak-gerik lebah kecil yang mencoba kabur. Beberapa saat kemudian. Berkat kelincahan dan tubuh mungilnya, si lebah kecil telah berhasil menyelinap keluar.

Dia bertekad pergi jauh, kemana saja sayap mungilnya sanggup membawa. Menjauhi segala tradisi kepatuhan dan ketertundukan. Dia terbang kesana-kemari, gesekan dedaunan, rimbunan pepohonan, bukit-bukit, dan suara aliran sungai serentak menyanyikan lagu indah untuknya. Semua bunga mengeluarkan bau harum menyambut kedatangan si lebah kecil di alam liar. Segera dia mencari dan bermain bersama capung serta serangga lainnya, berkunjung ke rimbunan bunga-bunga untuk bersenang-senang, bukan lagi hanya sekedar mengambil madu dan bergegas pulang. Dia begitu menikmatinya.
...
Mentari hampir terbenam, langit jingga membias indah dicakrawala.
Beberapa hari kemudian pengawal sang ratu yang diutus untuk mencari si lebah kecil, menemukan seekor lebah bertubuh mungil mati diatas sekuntum bunga mawar, sebersit senyuman menghiasi wajahnya…

tamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar